Lahir, dewasa, tua, dan mati. Hidup tidak pernah jauh dari
keempat hal tersebut. (kali ini gue mau membuat tulisan yang serius dulu)
Namanya nenek fatimah. Dari namanya jelas beliau orang yang
berbeda dengan gue. Beliau masih ada keturunan sunda, dan gue keturunan batak. Namun
hal tersebut tidak menghalangi gue untuk menganggap dia seperti nenek gue
seutuhnya.
Dimulai ketika gue masih kecil. Sekitar 7 tahunan. Nyokap memperkenalkan
gue kepada beliau. Beliau yang pada waktu itu, sudah berjualan seperti
gorengan, mie goreng, bihun goren, dan rempeyek. Jajanan kampung. Tapi itu yang
sangat gue suka. Berlanjut menjadi langganan, dan akhirnya menjadi dekat, dan
lama kelamaan dia sudah gue anggap sebagai nenek gue.
Semakin berjalannya waktu, gue beranjak dewasa, dan beliau
pun semakin renta. Gue dan sekeluarga memutuskan untuk pindah dari kompleks
rumah gue yang lama ke kompleks rumah yang baru. Namun gue masih sering bermain
ke kompleks rumah gue yang lama tersebut.
Dengan kondisi beliau seperti itu, tidak memungkinkan lagi
berjualan dengan berkeliling. Maka dari itu, beliau membuka tempat yang tidak
jauh dari rumahnya untuk berjualan. karena gue sering bermain bola, dan hampir
setiap menuju lapangan melewati rumah dan tempat jualan si nenek itu. Yang mana
hampir setiap ketika bulan puasa, (saat gue selesai bermain bola dan pulang
kerumah) ketika jajanan itu belum habis, gue selalu kebagian secara gratis
ketika gue hendak untuk pulang. Dan titipan untuk nyokap gue pun tidak pernah
lupa diberikan oleh nenek gue.
Selesai SMA, gue memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke
semarang. Sejak saat itu gue ga pernah lagi tau kabar nenek gue tersebut. Sampai
ketika di semester ke 3, gue mendapat kabar dari nyokap dan teman2 gue bahwa si
nenek menderita sakit. Yang menyebabkan nenek tidak bisa melanjutkan usaha
berjualannya. Mendengar hal tersebut, gue berusaha untuk menjenguk beliau. Gue mendapati
beliau yang semakin renta, namun beliau masih mengingat gue dengan jelas. Panggilan
“kesayangannya” selalu sama. Ga pernah berubah sampai terakhir gue bertemu.
Tepat tanggal 20 mei 2013 kemarin beliau di panggil Yang
Maha Kuasa. Ketika itu gue ga tau, dan teman gue lupa memberi tau ke gue, dan
nyokap gue juga terlambat di beri tau oleh tetangga gue di kompleks rumah yang
lama.
Gue pun baru tau kabar tersebut ketika beliau sudah di
makamkan.
Liburan semester, gue memutuskan untuk pulang. Gue berniat
untuk mengunjungi makam beliau. Dan akhirnya, ditemani cucu kandungnya, gue
pada hari ini, baru saja mengunjungi makam beliau. Ada sedikit haru ketika gue
tidak bisa melihat nenek untuk yang terakhir kalinya. Namun inilah yang bisa
gue berikan sebagai penghormatan terakhir.
Selamat jalan Nenek. Semoga engkau tenang disisiNya. Terima kasih
telah mewarnai hidupku. Sampai bertemu di kehidupan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar