2 minggu, gue tidak lagi bersamanya. Tapi perasaan gue tetep
sama. Gue masih belum sepenuhnya sadar kalau gue udah tidak bersamanya lagi.
Ingin rasanya gue kembali ketika masa2 gue pacaran dulu. Tapi itu ga bakal
mungkin bisa di lakukan.
Melewati waktu2 akhir2 ini mengingatkan kembali ketika gue
bersamanya. Ketika gue yang telat mengabari dia, lalu dia yang ngomel2 mencari
gue, menunggu kabar dari gue, bahkan menelepon gue ketika sampai larut gue
belum mengabari dia, menunggu gue, ujung2nya rasa risih gue yang dicariin sama
dia. Ketika gue yang dengan angkuh justru membiarkan diri gue ga perlu di
cariin, tapi dia tetep ngomel dan dengan ciri khas kata2 dia yang bikin gue
kangen. Justru moment seperti itu, yang justru gue tunggu2. Tapi rasanya itu
hanya akan menjadi sebuah kenangan masa lalu, yang pada akhirnya menjadi indah
ketika di ingat.
Ketika tanggal 20
september kemari, memori kenangan ketika gue pertama kali mencium dia adalah
memori yang sulit untuk dilupakan. Ketika itu adalah hari terakhir gue bersama
dia sebelum gue ke semarang. Dan ketika mata gue jatuh ke dalam mata dia, dan
dengan di iringi kata2 yang mungkin udah sering sekali terucap namun begitu
special ketika kami saling mengucapkan itu, we kissed.
Memori itu seakan2 muncul kembali ke permukaan, memaksa
untuk kembali teringat, atau mungkin tidak sengaja teringat, namun itu sungguh
menjadi moment yang special buat gue.
Dan ketika kita saling berlinang air mata, namun kita tidak
mengakui bahwa itu air mata, ketika dia mengantarkan gue untuk pergi ke
semarang.
Lalu dengan berpesan untuk cepat2 kembali pulang agar bisa
kembali bertemu juga merupakan salah satu dari ribuan kata2 yang terucap dari
mulut dia, yang mungkin nanti ketika gue kembali, kata2 itu sudah tidak ada
lagi.
Semua berubah, dan mungkin hanya akan menjadi kenangan.
Benar ketika para sejarawan berkata, “masa lalu, hanya akan menjadi sebuah
kisah. Sekuat apapun kita menginginkan hal itu terulang, pada kenyataannya
hanya akan menjadi masa lalu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar